MANADO Kabarpost.com – Retribusi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) terjadi penurunan drastis. Ini terungkap saat Badan Anggaran (Banggar) DPRD Provinsi Sulut dan Tim Pengguna Anggaran Daerah (TAPD) Provinsi Sulut, Kamis (15/9/2022) di ruang rapat paripurna.
Tentu saja hal ini jadi pusat perhatian para personil Banggar yang di pimpin langsung Ketua DPRD Sulut, dr.Fransiscus Andi Silangen.
Bahkan, Amir Liputo salah satu anggota Banggar dengan nada heran mengungkapkan bila 20 tahun berkarir sebagai anggota DPRD, untuk pertama kalinya mengalami terjadinya penurunan pendapatan khususnya di sektor retribusi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
“Bagi saya, separuh hidup saya selesai di DPRD. Untuk pertama kali saya menyaksikan APBD ada pengurangan pendapatan fantastis. Biasanya kalau APBD perubahan, kami senyum sejak pagi, karena kami akan menyaksikan ada Silpa disana dan ada pertambangan disana serta ada harapan bagi kami untuk memasukan aspirasi,” ungkap Amir Liputo.
Menurut Amir Liputo, pendapatan akan berhadapan dengan belanja. Ketika pendapatan menurun, maka otomatis belanja akan terkoreksi.
“Kita berambisi target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp480 Miliar bisa dicapai. Dengan PAD Rp 480 Miliar, semua hasil reses dan aspirasi dapat terakomodir,” ujar politisi PKS Sulut ini.
Amir Liputo bahkan heran, pada tahun 2020 disaat masa pandemi APBD Sulut khusus semua pendapatan meningkat.
“Kenapa setelah pandemi mulai berlalu, pendapatan justru terkoreksi sekarang. Apakah kalau angin kencang kita mampu berlayar, tapi justru kita jatuh di angin sepoi-sepoi,” tukas Amir Liputo sembari meminta penjelasan Ketua TAPD Sulut terkait penurunan pendapatan tersebut.
Senada disampaikan Srikandi DPRD Sulut dari fraksi Golkar, Inggried Sondakh, selama tiga periode duduk di BANGGAR DPRD Sulut, baru saat ini mendapati penurunan pendapatan drastis.
“Ini akan sangat berpengaruh pada belanja dan APBD mendatang,” kata Inggried Sondakh.
Inggried pun mempertanyakan metode perhitungan dan penetapan target PAD.
“Dalam menetapkan PAD tentu ada yang realistis dan optimis, dari target Rp196 M menjadi Rp480 M siapa yang menghitung menetapkannya,” tukas Inggried Sondakh.
(*/jane)