MANADO Kabarpost.com – Keberadaan perguruan tinggi tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, melainkan juga pengembangan ilmu pengetahuan untuk pengabdian masyarakat. Hal ini yang dilakukan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) selama pandemi Covid-19 melanda Sulut.
Di awal pandemi pada Maret 2020 silam, permintaan akan hand sanitizer meningkat. Produk ini digunakan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hal ini memicu sejumlah pihak berinovasi, salah satunya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Para peneliti dari Jurusan Fisika dan Jurusan Kimia meracik hand sanitizer menggunakan bahan dasar Cap Tikus yaitu minuman beralkohol khas Sulawesi Utara.
Rektor Unsrat Manado Prof Dr Ir Ellen Joan Kumaat MSc DEA menjelaskan, karena terjadi kekurangan hand sanitizer pihak kampus berupaya untuk memproduksi sendiri.
“Melalui Fakultas MIPA telah memproduksinya yang awalnya dibuat dari alkohol,” terang Kumaat.
Tetapi karena bahan baku alkohol sangat terbatas sehingga pihak kampus melalui peneliti melakukan terobosan dengan menggunakan bahan cap tikus, untuk digunakan sebagai bahan pembuat hand sanitizer.
“Sementara ini kami tengah melakukan pencarian cap tikus sekitar 100 liter setiap kali disuling. Minimal kita akan mencukupi kebutuhan seputaran Unsrat dulu,” jelas Kumaat ketika itu.
Untuk bahan bakunya sendiri diambil dari daerah di sekitar Kota Manado dan juga daerah Tareran, Kabupaten Minsel, Sulut.
“Ini adalah tanggung jawab akademik Unsrat, bagian dari pengabdian masyarakat, sekaligus menjaga kebersihan kita semua dalam menghadapi wabah pandemi Covid-19,” ujarnya.
Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unsrat Manado Hanny Sangian mengatakan, pihaknya berbagi tugas dengan Jurusan Kimia. Jurusan Fisika memproduksi etanol dari bahan dasar Cap Tikus.
“Kemudian etanol ini digunakan sebagai salah satu bahan pembuat hand sanitizer, dikerjakan oleh Jurusan Kimia,” ungkap Sangian.
Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unsrat Manado Dewa G Katja mengatakan, metode serta prosedur kerja hingga produk yang dihasilkan sudah memenuhi standar BPPOM.
“Untuk membuat hand sanitizer ini sederhana, dengan menggunakan bahan baku yakni etanol, gliserol, peroksida serta aquades,” ungkapnya.
Laboratorium Biomolekuler terbesar di Indonesia Timur resmi beroperasi di Sulut, tepatnya di kampus Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado. Peresmian fasilitas kesehatan untuk mendeteksi Covid-19 serta penyakit lainnya seperti kanker ini dilakukan pada Jumat (11/9/2020).
“Laboratorium ini berstandar PSL biosecurity level 2 plus WHO,” ungkap Gubernur Sulut Olly Dondokambey saat meresmikan laboratorium itu.
Olly mengatakan, ada lima unit mesin PCR yang sebelumnya dimiliki Unsrat dan dioperasionalkan dapat meningkatkan volume pemeriksaan sampel Covid-19. Jumlah sampel yang bisa diperiksa setiap harinya mencapai 1.000 sampel.
“Ini sangat membantu masyarakat yang selama ini masih banyak yang menunggu hasil. Bahkan ada yang sudah meninggal tetapi belum ada hasilnya,” kata Olly .
Selanjutnya jika ada penambahan mesin PCR lagi di sejumlah lab lainnya di Sulut maka pemeriksaan sampel dapat mencapai 4.000-an. Termasuk dengan pemeriksaan di mobil PCR.
“Banyak orang yang mengatakan Covid-19 ini sudah selesai, padahal faktanya masih terjadi penambahan kasus. Untuk itulah kita perlu antisipasi,” ujarnya.
Kumaat mengapresiasi kepedulian Gubernur Sulut yang sudah menyiapkan laboratorium biomolekuler di Unsrat.
Menurutnya, latar belakang kerja sama yang baik antara Unsrat dan Pemprov Sulut merupakan bentuk kepedulian bersama dalam menangani pandemi.
“Unsrat memiliki SDM dan lima mesin PCR untuk mendeteksi Covid-19. Kemudian membangun lab PCR dan akhirnya ditingkatkan menjadi lab biomolekuler Bio Safety 2 plus berstandar WHO dengan bantuan Pemprov Sulut,” katanya.
Kumaat mengatakan, lab itu bisa untuk pemeriksaan tumor, kanker dan lainnya. Lab terbaik di kawasan Indonesia Timur ini dapat mendeteksi dan membantu tracing penyebaran Covid-19.
Informasi yang dihimpun menyebutkan bantuan peralatan kesehatan untuk Lab Biomolekuler di Sulut ini bernilai sekitar Rp12 miliar.
(Erick)